Sebuah kebijakan baru
kini diterapkan oleh pemerintah Republik Afrika Tengah. Mereka baru saja
melakukan kebijakan yang melarang warganya untuk mengirimkan pesan singkat. Kebijakan
ini pun kabarnya telah berjalan efektif sejak beberapa hari lalu.
Alasan utama dari pemberlakuan
kebijakan ini adalah karena saat ini pemerintah Republik Afrika Tengah
menganggap penggunaan SMS di negaranya sebagai salah satu bentuk ancaman
keamanan. Hal ini terkait adanya serangkaian aksi kekerasan yang terjadi di
ibukota negara Bangui.
SMS, seperti dikutip dari Neowin, menurut pemerintah dianggap berbahaya karena digunakan untuk melakukan koordinasi penyerangan secara masif. Kebijakan ini pun kabarnya dikeluarkan secara langsung oleh Perdana Menteri Andre Nzapayeke.
Dalam
surat yang dikirimkan oleh kementrian telekomunikasi Republik Afrika Tengah
kepada para provider telepon, penggunaan SMS tersebut diberlakukan sejak
tanggal 2 Juni 2014. Mereka tidak menyebutkan sampai kapan pemblokiran
pemakaian SMS itu diberlakukan.
Afrika Tengah saat ini memang dalam kondisi yang mencekam.
Serangkaian aksi kekerasan terjadi di negara tersebut, yang bahkan merembet ke
isu SARA dengan penyerangan yang dilakukan ke gereja katolik serta masjid.






